Pemuda Muslim Sebagai Pembawa Atmosphere Ilahi
Oleh:
Abdul Malik Firdaus
Sekretaris Umum Keluarga Alumni Centaurian Moeslem Atmosphere
Syu’banulyaum Rijalul Ghad, pemuda hari ini mempimpin di masa depan. Potongan hadist tersebut mengisyaratkan banyak pesan yang begitu besar bagi pemuda di masa kini yang harus menjadi konsep bagi seorang pemuda muslim. Salah satu pesan yang tersirat adalah pentingnya untuk menyiapkan pemuda guna arah tujuan hidup masa depan. Darul Arqam salah satu tempat penggemblengan pemuda jaman Rasullulah saw perlu kita teladani kembali. Permasalahan pemuda bukan masalah yang mudah, tetapi sebuah masalah yang komplek yang perlu kajian secara menyeluruh.
Dari tangan-tangan mereka lah terbitnya fajar Islam. Bagaimna tidak pada waktu itu usia Rasullulah saw sendiri pun baru menginjak empat puluh tahun ketika beliau diangkat menjadi rasul. Sedangkan Abu Bakar pada waktu itu berusia tiga tahun lebih muda dari usia Nabi SAW. Bahkan Umar bin Khatab masih berusia 27 tahun, dan Ali Ra adalah oarng termuda dari keempat khalifah tersebut. Selain itu para pemuda yang digembleng Rasullulah saw juga para tokoh mujahid yang tangguh, seperti Abdullah bin Mas’ud, Abdul Rahman bin Auf, Al Arqam bin Al Arqam, Sa’id bin Zaid. Muhs’ab bin Umair, Bilal bin Rabah, Ammar bin Yasir dan puluhan bahkan ratusan pemuda lainnya.
Melihat pemuda muslim sekarang seaakan tersesat di dunia yang tidak bersahabat. Penuh pertentangan hingga sulit tetapkan arah tujuan. Hanya pemuda yang memiliki keimanan, keikhlasan, Tekad, dan Usaha yang kuat yang mampu hadang segala problematika di era ini. Landasan iman adalah jiwa yang suci. Landasan keikhlasan adalah hati yang jernih. Landasan tekad adalah semangat yang kuat membara. Landasan usaha ialah kemauan yang keras dan landasan pengorbanan adalah aqidah yang kokoh.
Berbeda ketika Islam berjaya di daerah seperti Syam, daratan Irak yang subur, Andalusia, mesir, Al Jazair, daratan Afrika, India, daratan Cina, dan seluruh jagat raya ini. Semua daerah tersebut mengandung kabar berita tentang nenek moyang kita yang gagah berani dan mulia. Daerah-daerah itu sarat akan nilai-nilai Iman dan Islam. Mereka telah menyerap ilmu pengetahuan di berbagai mesjid, entah itu Mekah, Madinah, Al Aqsha, Kordoba, Al Azhar, dan Umawi. Mereka menyimpan segudang kebanggan dan kemuliaan , ilmu, kebudayaan, tatanan nilai dan prinsip. Mereka telah membina mental spiritual umat. Mereka telah menyebarluaskan ilmu pengetahuan, melenyapkan simbol-simbol paganisme (kemusyrikan) serta menyemaikan benih-benih tauhid, keadilan, ukhuwah, dan persamaan.
Kejayaan Islam di tangan para pemuda muslim membuka efek yang begitu besar. Sehingga kemerdekaan bukan hanya kiasan ataupun isapan jempol tetapi hadir menjadi pemecah rantai perbudakan, berfikir terbuka guna tauhid yang mulia di saat akal pikiran terkungkung oleh tirai kemusyrikan. Banyak prestasi yang pernah diraih pemuda muslim meski sejarah barat tak mencatatnya. Tetapi semua itu hidup bukan hanya sebagai catatan saja melainkan menjadi tangga menuju Islam yang jaya. Kembali pada permasalahan pemuda muslim masa kini yang seakan kehilangan ‘pegangan’ menjadi PR besar bagi semua elemen masyarakat mulai dari lingkungan terkecil keluarga,sahabat, sekolah hingga pemerintah yang notabene negara muslim terbesar di dunia. Yang sangat miskin memberikan penanaman konsep-konsep seorang pemuda muslim. Lantas siapa yang harus bertanggungjawab?
Menyadari kesalahan adalah salah satu langkah untuk berubah. Bukan tuduh sana-sini yang pada akhirnya masalah utama tidak terselesaikan. Ataupun berdebat hingga esensinya tidak dikupas secara tuntas. Tidak semua pemuda muslim saat ini berada dalam kesesatan masih banyak pemuda muslim yang merintis kembali jalan kemuliaan meski dengan jumlah yang lebih sedikit. Tulisan ini merupakan representasi pengalaman, keprihatinan, dan harapan penulis mengenai nasib ”pemuda muslim”. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memberi label atau justifikasi pada satu institusi atau perseorangan, namun lebih pada sikap kritis terhadap fenomena yang telah penulis alami (secara riil) serta sebisa mungkin memberi alternatif pemecahan masalah. Hingga benarlah Islam sebagi Furqon.
Melihat salah satu tempat pergulatan pemuda yaitu sekolah, maka seharusnya sekolah mampu menjadi media pembelajaran keislaman, pengembangan diri pemuda muslim hingga memiliki pandangan Islam yang jernih. Seharusnya sekolah hadir sebagai orang tua kedua. Yang mampu mengayomi dan membimbing anak didiknya menuju kepribadian pemuda muslim yang tangguh. Dengan berbagai kegitan ekstrakulikuler yang mendukung seperti kegiatan kerohanian (ROHIS) sebuah wahana aktivitas pengembangan wawasan yang mengedepankan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut pandangan penulis maka kegiatan Rohis sebagai kegiatan ekstrakulikuler hukumnya “wajib” guna pembentukkan Akhlaq guna membaca ayat-ayat Kauniyah Allah swt yang tersebar di alam (dalam QS 41:53, 3:190). Bukan hanya kecerdasan intelektual saja yang utama. Tetapi kecerdasan secara spiritual pun sangat diperlukan guna pembentukkan Akhlaq dan tauhid yang kuat. Melalui berbagai macam pembinaan atau kaderisasi yang dihadirkan seperti training dan mentoring yang sinergis. Rohis sangat berperan sebagai inkubator pembelajaran dan pengembangan bagi pemuda muslim hingga mampu menjadi “agen da’wah” untuk diri dan lingkungannya. Hingga kecerdasan Akhlaq dan Tauhid mampu mengawal kecerdasan intelektual menuju kecerdasan yang hakiki yang tentunya lebih Allah ridhai. Karena pemuda muslim adalah satu-satunya tempat melabuhkan semua harapan. Pemuda Islamlah penentu kebangkitan dan eksistensinya.
Dalam kehidupan umat Islam, masjid mempunyai peranan penting dalam berbagai segi kehidupan, baik itu ruhani, keilmuan, pendidikan,maupun kemasyarakatan. Menurut ajaran Islam semua bumi adalah masjidnya ummat Islam , yaitu setiap muslim boleh melakukan shalat di sembarang tempat, kecuali di atas kuburan dan tempat yang bernajis.
Mesjid menjadi salah satu tempat penggemblengan niali-nilai Islam bagi seluruh bagian dari Islam terutama pemuda sebagai pemimpin masa depan. Perhatian Rasullulah saw dan para sahabatnya untuk mengajak anak-anaknya ke mesjid begitu besar. Mesjid sebagai media pengenalan da’wah adalah sebuah media yang sangat efektif dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Mesjid hadir bukan sebagai tempat ritual keagamaan saja, melainkan mampu menjadi media penyambung umat tempat bertukarnya pemikiran, sehingga tidak heran pusat-pusat da’wah Islam dahulu berbasis di mesjid. Yang dimana memakmurkan mesjid pun mendapat pahala dan cinta kasih yang besar dari Allah dan selalu dalam petunjuknya seperti tersurat dalam QS At-Taubah 9:17-18.
Mesjid bisa menjadi indikator yang merefleksikan keimanan seseorang. Keteraturan dalam Shalat yang dilaksanakan di Mesjid banyak menyimpan cerita hikmah, mulai dari kerapatan shaf shalat yang melambangkan persamaan dan kekompakan dalam Islam hingga kegiatan lain yang memiliki banyak arti, semua itu menjadi pengaruh yang kuat bagi pembentukkan akhlak pemuda muslim.
Media pembelajaran bagi pemuda muslim bukan hanya dua tempat yang disebutkan di atas saja, melainkan masih banyak media lain yang mampu mengembangkan kepribadian pemuda muslim guna penyelamatan aqidah dan akhlaqnya. Janji Allah pasti akan terwujud, bahwa Islam akan kembali berjaya. Maka seperti yang dikatakan oleh Hasan Al-Banna bahwa “Umat harus bangkit. Namun aset umat ini untuk kembali bangkit telah terkuras habis, kecuali satu : itulah pemuda.” Ya, inilah saatnya bagi kita untuk bangkit, untuk senantiasa berada dalam garis keseimbangan antara amal, akal, dan ruhiyah .
Rasulullah SAW gemilang menyeru ummat ke jalan-Nya, mengubah karakter ummat dari zaman kegelapan menuju jalan penuh cahaya yang ditempuh hampir 23 tahun. Salah satu pilar strategi keberhasilannya adalah karena Rasul memiliki kekuatan suri tauladan yang sungguh luar biasa, maka dengan ketauladan beliau lah kita jadikan batu pijakan. Ketauladanan beliau dalam masalah pemuda begitu banyak, sehingga tidak ada lagi alasan kita untuk tidak mengikuti langkahnya.
Pilihan kini berada ditangan kita, untuk menjadi umat pengganti atau yang tergantikan. Waktu akan terus bergerak baik kita diam ataupun beraktifitas. Hari ini kita pemuda besok jadi pemimpin dan lusa menyatu dengan tanah. Hingga penulis berpesan untuk diri dan seluruh pemuda muslim hadapilah hidup ini dengan keimanan dan ketabahan, jangan takut, jangan menyerah karena sesungguhnya Allah swt menyertaimu..